Wednesday 16 July 2008

Kandidat Protes, Polling PBHMI ditutup

Ditengah maraknya polling yang diselenggarakan oleh sejumlah lembaga survey di Indonesia dalam menyemarakan berbagai pemilihan kepada daerah (pilkada) di sejumlah daerah, namun kondisi berbeda terjadi dalam suksesi kepimpinan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI), dimana polling kandidat yang sebelumnya difalititasi oleh pengelola situs PBHMI ditutup sebelum hari H pelaksanaan kongres HMI yang rencana akan berlangsung di Palembang tanggal 18 Juli-3 Agustus 2008.

Menurut situs resmi PBHMI www.pbhmi.com (16/7) penutupan itu dilatar belakangi karena sejumlah kandidat beserta MC dan tim sukses melakukan protes atas penampilan polling yang hanya menampilkan 10 kandidat, padahal kenyataannya lebih dari 10 kandidat yang siap maju dalam pertarungan kongres HMI di Palembang.

Kejadian tersebut menandakan bahwa pihak panitia maupun pengelola polling PBHMI dan kandidat Ketua Umum PBHMI periode 2008-2010 kurang siap dalam menghadapi pesta demokrasi terbesar organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia itu. Alasan teknis tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan membuka ruang bagi kandidat lainnya yang telah terdaftar di panitia kongres (panasko) HMI untuk tampil dalam polling, sehingga polling itu mestinya tetap berjalan sampai hari H pemilihan. (Marwan Azis)

Sekedar diketahui berdasarkan salah satu sumber yang dikutip situs berpolitik.com menyebutkan 16 kandidat yang siap maju menjadi ketua Umum :

(1) Arif Mustofa
(2) Adi Wibowo
(3) Imam Syafii
(4) Jailani
(5) Minarni
(6) Muslim Hafid
(7) Deding
(8) Saras
(9) Nasir Siregar
(10) Sukmono
(11) Nimran Abdurahman
(12) Pomiga Orba Yusra
(13) Antar
(14) Hasbulah
(15) Roby Marpaung
(16) Amir.

(17).................

Penulis : Marwan Azis
www.marwanazis.wordpress.com



HMI: ORGANISASI BESAR YANG LAMBAN DAN TERSANDERA OLEH ZAMAN

Sebagai organisasi Mahasiswa Islam terbesar HMI di usia yang ke-61 tahun telah mengukuhkan posisinya pada kondisi yang mapan, namun demikian mapannya usia HMI tentu akan melahirkan dua hal yang akan memberi warna dan saling bertolak belakang, disatu sisi HMI akan semakin kokoh secara institusional dan dinamis, namun disisi lain karena didasari nama besar dan proses perjalanan sejarahnya HMI hari ini cenderung menjadi lamban dan bergerak ditempat. Selain itu sikap establish yang lahir dari kebanggaan sejarah lampau kiprah HMI mengakibatkan HMI hari ini cenderung tampil dalam kesadaran palsu.

Sejak HMI didirikan di Jokyakarta oleh lafran pane 5 Februari 1947 HMI telah mengambil sikap yang tegas dan mentahbiskan dirinya sebagai kelompok yang mendorong dua hal, tanpa bermaksud menyederhanakan makna dua hal itu antara lain komitmen untuk mendorong kepentingan keumatan dan komitmen kebangsaan. Dua komitmen ini yang kemudian membuka ruang yang dinamis bagi kiprah HMI, apalagi HMI sangat menjujung pluralisme, HMI tidak mempersoalkan aliran dalam Islam, HMI tidak terjebak pada tarik ulur pengelompokan ummat Islam yang cenderung mempertentangkan Majhab dan aliran. Akibatnya HMI menjadi dinamis dan lahan subur bagi tumbuhnya gagasan-gasan Islam yang mewakili kemoderenan zaman. Singkatnya dalam perjalanan usianya HMI telah memberi banyak kontribusi bagi dinamika keumatan dan kebangsaan.

Namun kemudian layaknya sebuah organisasi kader yang mengkayuh dari zaman ke zaman, HMI tidak lepas dari pasang surut. Bahkan akibat beban sejarah yang banyak mendorong kiprah HMI pada ranah politik, dampaknya hari ini HMI dan kader-kadernya sangat politikal oriented. Sikap kader HMI yang sangat politik oriented ini melahirkan tampilan organisasi yang pincang dan kian hari menjadi dijauhi oleh basis di Kampus-kampus. Apalagi saat ini organisasi Islam yang tumbuh dan berkembang bukan hanya HMI. Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan tampilan organisasi yang tidak pernah berubah padahal zaman mau tidak mau memaksa setiap individu maupun organisasi untuk berubah. Ringkasnya kian lama HMI semakin kehilangan relevansinya, HMI sudah tidak kompetibel dengan zaman.

Kerasnya arus globalisasi yang melahirkan berbagai trend dan tuntutan zaman menjadikan HMI kian tertinggal dengan cara-cara berpikir lama dan hanya berpikir politik structural. Pada hal faktanya dalam dunia yang kian menjadi kapitalis poilitik harus dibarengi kesiapan financial yang cukup, sementara kader HMI tidak siap secara financial. Ribuan kader HMI terlanjur melirik politik pada satu sisi dan meninggalkan sisi professional.

Imbasnya secara menyeluruh HMI menjadi semacam sekedar gerbong penghasil para politisi yang tidak kreatif dan hanya berpasrah dan berharap menjadi politisi tanpa memikirkan bahwa politisi hari ini adalah politisi yang harus kuat secara financial. Pada hal sesungguhnya jika kita melihat makna filosofis pengkaderan di HMI, HMI adalah organisasi yang idealnya mengarahkan kadernya untuk berkiprah pada berbagai bidang dan profesi. Trend hari ini adalah ternd wirausaha yang mau tidak mau kalau HMI tidak berupaya melirik ini, HMI akan tertinggal. Sebab kalau pun harus jadi politisi kader HMI tidak bisa hanya mengandalkan modal sekadar menjadi organisatoris yang baik.

Kondisi ini sesungguhnya telah meresahkan banyak kalangan di HMI, bahkan akibat terjadi pergeseran paradigma ini cak Nur sempat melontarkan kekesalannya, bahwa ? Bubarkan saja HMI?. Menurut Azumardy Azra jika HMI tidak berani untuk menguliti dirinya dan melakukan Reaasesment total terhadap keberadaan dirinya, maka HMI akan sulit untuk bertahan.

HMI secara institusi bukannya tidak menyadari ini, namun kuatnya mind set politik yang telah menjadi semacam trend budaya dalam organisasi mengakibatkan tampilan HMI hari ini menjadi semacam macan ompong yang Cuma bisa mengaum tapi tidak berdaya untuk menggigit.

Prinsipnya HMI harus berubah, cara pandang politik di HMI harus digeser pada ranah politik intelektual, HMI tidak boleh masuk pada ranah politik praktis sebab HMI adalah organisasi kader bukan organisasi politik. Sudah saatnya orientasi kader-kader HMI diarahkan pada berbagai segi. HMI harus mampu beradabtasi dan menjadi kreatif ditengah perubahan yang kian cepat .

Dari semua gambaran di atas sesungguhnya jika HMI ingin tetap bertahan HMI harus berani melakukan Reassesment total terhadap dirinya. Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan

1. HMI harus merombak secara total pola pengkaderan yang ada saat ini, sebab kurikulum yang ada sudah tidak kompetibel dengan abad 21 dimana HMI terjebak hari ini

2. HMI adalah organisasi mahasiswa, otomatis basisnya adalah kampus, HMI harus dikembalikan ke Kampus. Konsep Back to Campus bukan sekedar diwacanakan tapi harus diimplementasikan ke dalam kampus. HMI harus mampu menjadi organisasi yang tidak hanya membentuk kader-kadernya pada satu tipe (baca poiltik) tapi lebih terbuka sehingga mahasiswa mau melirik HMI. Karena tuntutan zaman saat ini mendorong setiap orang untuk lahir sebagai orang-orang yang professional. Kalau HMI tidak menawarkan kemandirian dan penguatan profesionalisme bagi mahasiswa di kampus, maka wajar kalau HMI tidak lagi menarik

3. HMI harus melakukan modernisasi organisasi, modernisasi yang dimaksud mencakup system, manajemen dan gaya kepemimpinan. Dalam era moderen kepemimpinan, manajemen dan system dalam pengelolaan organisasi harus mampu menghadirkan ruang efektifitas dan efisiensi. Trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi harus diimplementasi dalam pengelolaan oragnisasi. HMI harus mulai berani bicara kesenjangan digital, bicara teknologi bahkan mungkin HMI harus berani melakukan digitalisasi didalam organisasinya

Kalau ini tidak dilakukan maka, HMI akan tampil sekedar menjadi organisasi yang tidak lagi memberi makna bagi bangsa dan ummat, malah justeru menjadi beban. Seperti tadi sudah saya katakan diawal bahwa HMI ibarat macan ompong hanya bisa mengaum tapi tidak bisa menggigit, ini sebuah otokritik bahwa kalau HMI ingin mengembalikan misi organisasi pada khitah HMI, maka HMI harus berani menerima ini sebagai cambuk. Kami menyadari bahwa keresahan ini bukanlah monopoli tunggal, tapi semua kader HMI memiliki keresahan yang sama, semoga apa yang kami sampaikan dalam tulisan ringkas ini bisa mewakili keresahan sebegian kader HMI yang masih berpikir bahwa HMI masih bisa berubah. (Jailani/Berpolitik.com)

Almarhum Deliar Noer Kecewa HMI

JAKARTA, menjelang 5 Februari 1997.

Bersama dua orang fungsionaris PB HMI, saya mengantar surat undangan Peringatan 50 Tahun HMI (Hari Ulang Tahun Emas), yang akan dihadiri oleh Presiden Soeharto. Waktu itu Ketua Umum PB HMI Taufiq Hidayat. Saya sendiri hanya ketua bakornas LAPMI.

Sampai di rumahnya, kami ingin sekali bertemu dengan beliau. Maklum Pak Deliar itu orangtua, tokoh legendaris, yang jarang muncul di acara-acara HMI pada tahun-tahun itu. Apakah Pak Deliar tidak bersedia menemui PB HMI itu mitos atau realitas, akan kami buktikan saat itu. Kami tiba dan, seseorang menanyakan apa keperluan bertemu Pak Deliar, dan kami menyampaikan maksud. Kemudian kami disuruh
menunggu. Lama. Kemudian orang itu datang lagi, dan mengatakan Pak Deliar tidak berkenan menemui PB HMI, Pak Deliar kecewa dengan HMI.

Undangan kami tinggal, dan kami mendapat isyarat, Pak Deliar dipastikan tidak akan menghadiri undangan kami. Saya pikir, Pak Deliar sudah sangat kecewa dengan HMI, dan konsisten sekali. Bukan kecewa pada anak-anak HMI, tetapi setelah saya konfirmasi ke beberapa narasumber Pak Deliar kecewa pada kebijakan HMI sebagai lembaga.

Orang yang menemui kami mengatakan, sebaiknya kalau mau ketemu Pak Deliar jangan mengatasnamakan PB HMI. Dengan “kecewa” setelah menunggu lama, kami pamit. Dan ketika kami meninggalkan rumahnya,
saya melihat Pak Deliar memandangi kami di jendela. Pak Deliar bukan tidak cinta pada anak-anak HMI, tetapi Pak Deliar ingin menunjukkan “konsistensinya” , bahwa ia tidak suka “PB HMI”.

Kebijakan PB HMI memang banyak “kontroversi” . Cak Nur mengatakan 50 Tahun HMI bukan Ulang Tahun Emas, tapi “besi karatan”. Sedih juga saya, mengapa Cak Nur sampai begitu. Saya lapor ke Anas Urbaningrum
“Kenapa cak Nur sampai bilang “besi karatan”…. ?” Apa cak Nur sudah tidak cinta lagi sama kita. Tidak. Saya kira Cak Nur sangat cinta pada HMI, justru ketika dia mengatakan “bubarkan saja HMI…”

Artikel-artikel 50 tahun HMI juga banyak yang bernada sinis. Pada acara KAHMI di Jatim, Cak Nur kecewa dengan pernyataan Jenderal R Hartono, bahwa kantor PB HMI tidak hanya di Diponegoro, tetapi juga
di lokasi dimana ia berkantor –karena ketua umumnya disebut sangat akrab dengannya.

“Kedekatan” dengan Pemerintah Orba itulah yang dikritisi oleh Cak Nur dan Pak Deliar di antaranya. Aliansi HMI dengan Kelompok Cpiayung juga retak. HMI “terpojok sendirian”. Itulah kenangan, HMI di
sepenggal ujung senjakala Orde Baru.

Sejak tidak ditemui Pak Deliar, saya ingin sekali suatu ketika dapat berjumpa dengan sosok yang tulisannya sudah saya baca sejak SD di majalah panji Masyarakat ini… Tapi Pak Deliar keburu wafat.

Al Fatihah untuk almarhum.
Juga untuk Mas Sumarno Dipodisastro, kolega di GERAKAN JALAN LURUS (GJL) yang dipimpin Mas sulastomo. Di GJL, saya yang paling muda. Di hari-hari terakhir sebelum Mas Marno wafat, saya ketemu beberapa kali
di Jakarta. Dan kalau ketemu biasanya, ngobrol panjang. Tapi ujung-ujungnya dia berkata, antara lain begini: “Alfan, saya yang tua-tua ini, sesungguhnya sudah tidak pantas lagi memberi nasehat kamu yang muda-muda… Yang tua-tua mestinya menyerahkan saja segala urusan pada yang muda-muda, toh masa depan bukan lagi milik saya, melainkan milik kamu yang muda-muda”.(M ALFAN ALFIAN/Milis KAHMI)

Tuesday 29 January 2008

Pak Harto Tutup Usia



Innalillahi wa’inailaihi rji’un. Mantan Presiden Soeharto tutup usia hari ini, Minggu (27/1) pada pukul 13.10 setelah beberapa minggu dirawat di RS Pertamina karena komplikasi penyakit yang dideritanya.

Presiden kedua Republik Indonesia yang dijuluki Bapak Pembangunan ini, wafat pada usia 87 tahun. Berita resmi meninggalnya Pak Harto diumumkan dalam keterangan pers oleh ketua tim dokter RS Pertamina yang selama ini merawat Pak Harto, dr Mardjo Soebiandono, didampingi anak tertua Pak Harto, Siti Hardiyanti Rukmana atau yang lebih dikenal dengan Mbak Tutut.

Dalam keterangan per situ, Mbak Tutut dengan suara tersendat-sendat menahan sedih, mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak atas doa yang diberikan untuk ayahnya dan menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan Pak Harto. Mbak Tutut juga mendoakan agar arwah sang ayah diterima Allah swt dan diampuni dosa-dosanya..

Atas meninggalnya mantan Presiden Soeharto, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menetapkan hari berkabung nasional selama 7 hari, mulai hari ini. (ln)

Sumber. eramuslim.com

Friday 11 January 2008

Ketua Bidang PU PBHMI Dipukul Saat Melantik Cab Makassar


Inside pemukulan mewarnai Pelantikan Pengurus HMI Cabang Makassar Selasa (8/1/08) di di Aula Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Makassar, Jl Sultan Alauddin Makassar.

Kejadian yang dianggap memalukan itu menimpa Ketua Bidang PU PBHMI Baharuddin Hafid yang diberi mandat untuk melakukan pelantikan HMI cabang Makassar dianiaya oleh kader HMI cabang Makassar yang konon tidak terima dengan keputusan PBHMI atas proses pelantikan itu. Tindakan kekerasan ini dilakukan oleh Syamsir anggota HMI cabang Makasaar yang juga mantan pengurus HMI cabang Makassar periode sebelumnya.

Akibat kekisruhan yang terjadi dalam pelantikan HMI Cabang Makassar itu menurut informasi yang dilansir dari situs resmi PBHMI. Organisasi yang didirikan Lapran Pane dkk itu akhirnya memutuskan mengeluarkan sanksi tegas pemecatan terhadap Syamsir karena dinilai tidak taat terhadap organisasi.

PBHMI juga menilai tindakan Syamsir itu oleh PBHMI sangat berlebihan, yang tak layak dilakukan seorang kader HMI dan dianggap melecehkan PBHMI secara institusi. Pasalnya keberadaan Baharuddin Hafid dianggap sebagai representasi Institusi PBHMI yang ditugaskan melantik pengurus HMI Cabang Makassar . Apalagi tindakan kekerasan ini dilakukan dalam sebuah acara formal HMI dimana acara ini dihadiri oleh banyak kalangan, alumni dan ratusan kader-kader HMI cabang Makassar.

Untuk menghindari preseden buruk Lebih lanjut PBHMI beranggapan tindakan ini telah menimbulkan pencemaran terhadap organisasi HMI yang jelas-jelas tidak pernah melanggengkan kekerasan. Karenanya sebagai sebuah sikap organisasi PBHMI Selasa (8/1/08) di Jalan Diponegoro No. 16 Jakarta, PBHMI telah secara bulat memutuskan dalam rapat harian untuk memberikan sanksi tegas berupa "pemecatan terhadap Syamsir anggota HMI Komisariat Hukum Cabang Makassar.

Namun demikian, jika Syamsir merasa keberatan, peluang untuk melakukan banding atau pembelaan tetap akan diberikan di forum Kongres PBHMI, apabila yang bersangkutan mengajukannya. Dan jika prosedur administrasi pengajuan banding itu terpenuhi maka, kesempatan untuk melakukan pembelaan atau banding di Kongres PBHMI tetap terbuka buat Syamsir. (Wan)


Monday 31 December 2007

Dzikir dan Doa Sambut Tahun 2008

Jakarta, Hijauhitam- Dalam malam pergantian tahun 2007 ke 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara, Senin (31/12) malam melakukan Dzikir dan Doa sambut 2008, bersama jamaah Majelis Dzikir SBY Nurusalam, di Masjid Baiturrahim, di kompleks istana, Jakarta.

Acara tersebut dihadiri sekitar 2 ribu jamaah dari seluruh Indonesia ini untuk memohon kepada Allah SWT agar bangsa Indonesia diberi keselamatan dan kesejahteraan.Usai berdzikir dan berdoa bersama jamaah, Presiden SBY mengajak kepada seluruh masyarakat untuk melihat masa lalu, dan memetik pelajaran agar mawas diri. Lakukan introspeksi, yang kurang diperrbaiki, yang baik dipertahankan. "Yang penting, mari kita melangkah ke tahun 2008 dengan penuh optimisme dengan rasa percaya diri. Percayalah, bahwa arah pembangunan di negeri ini, langkah-langkah yang kita lakukan itu telah benar, walaupun memang masih banyak masalah yang harus kita selesaikan, bidang ekonomi, sosial , hukum, kerjasama internasional, keamanan, dan sebagainya," kata SBY sebagaimana yang dilansir situs resmi Presiden RI.

"Kalau kita dengan jernih melihat masa depan, kemudian kita lebih bersatu, lebih kompak dan dengan kerja keras, sekali lagi saya yakin bahwa Insya Allah tahun depan akan lebih baik dari tahun ini," tegas SBY.

Sementara itu Prof. Dr.Nazaruddin Umar dalam tausyiah memasuki 2008 menekankan pentingnya menjelang memasuki tahun 2008 kita bersyukur kepada Allah SWT dan melakukan muhasabah atau introspeksi diri, apa saja yang pernah dilakukan dimasa lampau, tanpa harus menghabiskan seluruh energi seolah -olah meratapi masa lampau kita yang tidak berhasil. "Dalam Al Quran disebutkan, pelajaran masa lampau penting, tapi bukan segala- galanya. Masa lampau itu penting untuk mempersiapkan masa depan," kata Nazaruddin Umar.

Acara dimulai usai shalat Magrib, diawali doa syukur oleh Ustadz Abu Salam, lalu Dzikir dan Doa dipimpin Habib Abdulrahman M. Al Habsyi. Tampak hadir Mensesneg Hatta Rajasa, Menlu Hassan Wirajuda, Mentan Anton Apriyantono, Menkominfo M. Nuh, Meneg PDT Lukman Edy, dan Jubir Presiden Dino Patti Djalal. (Marwan Azis)

Tuesday 25 December 2007

Arena Kongres VIII HMI


Kongres HMI VIII yang menjadikan Mesjid sebagai pusat arena kongres, sangat sederhana kan. Tak seperti sekarang dimana setiap kali kongres diselenggarakan menghabiskan ratusan juta bahkan milyar rupiah habis .

Mungkin ada baiknya kongres HMI mendatang yang akan diselenggarakan di Palembang agar penyelenggaraannya lebih sederhana mengingat kondisi bangsa ini masih didera krisis, jika panitia kongres memiliki uang lebih baiknya disumbangkan ke rakyat miskin dan yatim piatu. Yang lebih penting lagi HMI mesti kembali kehabitat semula dengan menjadikan mesjid dan kampus sebagai pusat aktivitas kader HMI. (Marwan Azis)